Rabu, 28 Maret 2012

Itsar (Mendahulukan Kepentingan Orang Lain daripada Kepentingan Pribadi)I


Ingatkah waktu mendapat pelajaran PMP atau PPKN saat dibangku SD atau SMP ? Di dalamnya dipelajari tentang mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi atau golongan, namun ternyata pelajaran tersebut sudah dijelaskan lebih dahulu dalam islam. Betapa sempurna islam, semua perkara telah dijelaskan didalamnya dari hal yang sepele hingga
yang agung.
Dengan mendahulukan kepentingan orang lain kita diajari agar tidak egois, dan menjadi orang yang pemurah. Seperti halnya, Rasullullah saw. mendidik istri-istrinya untuk mendahulukan orang lain, memberikan makanan kepada orang lain meskipun terkadang makanan tersebut tidak ada selainnya. Begitupula saat Rasulullah saw. meminta para sahabat untuk bershadaqah.
“Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Suatu hari Rasulullah memerintahkan kepada kami untuk bershadaqah, dan saat itu saya memiliki harta. Saya pun bergumam, ‘Hari ini saya akan mengalahkan Abu Bakarradhiyallahu ‘anhu, saya akan sedekahkan separuh hartaku.’
Maka Rasulullah saw bersabda, ‘Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu wahai Umar?’  Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, ‘Separuhnya lagi.’
Ternyata datanglah Abu Bakar membawa semua hartanya, maka Rasulullah saw. bertanya, ‘Lalu apa yang engkau sisakan untuk keluargamu.’ Maka Abu Bakar menjawab, ‘Saya tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.’” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi dengan sanad hasan. Lihat Tahqiq Misykah: 6021)
Subhanallah sangat indah perilaku untuk mendahulukan orang lain. Seharusnya kita meniru untuk senantiasa dapat mencontoh suri teladan tersebut.
Akan tetapi bagaimana jika itsar dilakukan dalam ibadah? Mungkin ada disekitar kita sering terjadi, misalnya saja terjadi ketika akan menunaikan shalat berjama ‘ah di masjid. Si X telah datang lebih awal dan mendapat shaf pertama, akan tetapi waktu berselang ada si Y yang datang juga dan tidak menjumpai shaf pertama. Kemudian si X mempersilakan si Y untuk menempati posisinya, hanya karena si Y adalah atasannya. Nah ini salah satu contoh itsar dalam ibadah. Benarkah hal tersebut?  Bagaimana kita menyikapinya?
Ternyata telah ada kaidah yang shorih (jelas) mengenai hal tersebut yaitu ‘mendahulukan orang lain dalam masalah ibadah dibenci, namun dalam masalah lainnya disukai.’
Dalam kaidah diatas kita temui kata ‘al-iitsaaru‘, apa itu al-iitsaaru atau yang sering kita sebut itsar?
Itsar
Adalah sikap mendahulukan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri.
Ada Dua Macam Itsar:
Itsar dalam Perkara Duniawi
Misalnya: Ketika kita meminjamkan motor kepada orang lain yang harus segera dibawa ke rumah sakit namun ketika itu pula kita juga membutuhkan. Nah inilah contoh sederhana itsar dalam kehidupan sehari-hari dan tentunya masih banyak lagi.
Itsar dalam perkara duniawi seperti contoh diatas sangat dianjurkan bagi umat Islam. Allah sangat menyenangi perkara tersebut.
“Dan orang-orang yang telah berfirman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran darinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al-Hasyr: 9)
Itsar dalam Perkara Ibadah
Mendahulukan orang lain dalam perkara ibadah adalah sesuatu yang dibenci, karena masing-masing orang diperintahkan untuk mengagungkan Allah Ta’ala.
Jadi kita tidak boleh untuk mendahulukan orang lain atas diri kita dalam perkara ibadah. Bahkan orang tersebut adalah pimpinan, mertua atau orang-orang yang kita sayangi sekalipun.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dalam kaidah tersebut. Wallahu a’lam.
Penyusun         : Ummu Hamzah Galuh Pramita Sari
Muraja’ah       : Ustadz Aris Munandar
Rujukan           : Al Furqan Edisi 7 th ke-9 1431/2010
***

Rabu, 07 Maret 2012

Simpul Kenanga #6

Sinar mata itu
cahaya di dalamnya
Tersanjung akan perasaan ini
Owh betapa sakit 
Melihat dia menangisiku
Owh betapa haru
Senyum mengembang itu
seraya aku memikirmu
Luka berdiam diri
Selirik cuap-cuap manis
Tersenyum
Dia tersenyum bahagia
Aku bahagia
Risih kebahagian
Apa apa tak apa

Oleh : Isna Angraeni
10.40 am 07-03-2012
Tak Apa

Dalam Diri #1

Tenang dulu kawan, aku memang begini.
Buku kutumpukan di atas kasurku, niatnya sih belajar tapi rasanya aku lebih tertarik terhadap novel. Ya begitulah aku Ha, masih seperti dulu bahkan aku tetap egois dan nada suaraku masih ketus 'ancur. Aku udah pengen pulang banget nget nget, engkau taulah aku ngga pulang udah dari januari sekarang sudah maret... my god kangen ibu n ayah. Tapi di lain sisi aku ngga NGGA mau pulang soalnya abis pulang ada ujian dan aku ? belum siap kalou buat pulang dulu eh nantinya langsung di kasih soal.Ha kamu tau ngga ? aku ga pernah bisa bersosaliasi dengan baik. Ha aku masih sendiri. Andai kata kamu ada, aku ngga akan nyia-nyiain kamu Ha.
Ha, kata ibu aku punya sodara tapi ia udah meninggal. Andai dia ada pasti aku ada temen.

Aku tau Ha hidup ini ngga sesederhana sekarang semuanya lebih luas di luar sana. Aku berani keluar sana tapi aku tak punya apa-apa di sini Ha. Aku sempat beberapa lalu lupa kepadamu, maafkan aku yah Ha.

Selasa, 06 Maret 2012

Kembali Tanah

Meski pahit aku akan menelannya, untung saja ini bukan buah simalakama.
Sedikit impian yang aku punya namun ketika terbayang kampung halaman hatiku merintih sakit -____-
Anak kampung yang entah dari mana jauh sekali, lihai berbohong.
Sedikit harap dan angan entah bagaimana menempuhnya. Haru bersama hujan yang beru saja turun. Takut meski harus, untung saja aku berani coba saja kalou tidak demikianlah diri ini hancur menjadi kutu bertebaran di balik buku besar.
Semoga kampungku bahagia denganku :)

Simpul Kenanga #5

Angin hati meraja lela
Entah apa
Aku tak tahu diri
Belajar keteguhan di atas hati
Percaya saja aku bisa
Demi hati berlari
Sedikit memulai namun sepi
kehilangan sayap bagai sang pelangi
Denyat-denyut otah atau hati
Suuuuuuttt berdiam
Berhenti melirik secarik kertas
Teknologi mengunyah hati
Biarkan aku mengikutinya
Hati-hati aku berjalan untukmu

Oleh : Isna Angraeni
13.46 07 Maret 2012
Meniru Hati